TENAGA EKSOGEN
Eksogen
atau tenaga eksogen ialah tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifatnya merusak
atau merombak permukaan bumi yang sudah terbentuk oleh tenaga endogen. Tenaga
eksogen juga mengakibatkan bentuk-bentuk muka bumi. Tenaga eksogen dapat
berasal dari tenaga air, angin, dan organisme yang menyebabkan terjadinya
proses pelapukan, erosi, denudasi, dan sedimentasi. Contoh seperti bukit atau
tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat
mengubah bentuk permukaan bumi.
Di
permukaan laut, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh
tenaga eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta
sedimentasi. Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme
atau vulkanisme. Mula-mula bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan,
kemudian puing-puing yang telah hancur diangkut oleh tenaga air, angin, gletser
atau dengan hanya grafitasi bumi. Hasil pengangkutan itu kemudian diendapkan,
ditimbun di bagian lain yang akhirnya membentuk timbunan atau hamparan bantuan
hancur dari yang kasar sampai yang halus. Contoh lain dari tenaga eksogen
adalah pengikisan pantai. Setiap saat air laut menerjang pantai yang akibatnya
tanah dan batuannya terkikis dan terbawa oleh air. Tanah dan batuan yang dibawa
air tersebut kemudian diendapkan dan menyebabkan pantai menjadi dangkal. Di
daerah pegunungan bisa juga ditemukan sebuah bukit batu yang kian hari semakin
kecil akibat tiupan angin.
Secara
umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu: Atmosfer, yaitu perubahan
suhu dan angin.Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan
gelombang laut, gletser, dan sebagainya. Organisme yaitu berupa jasad renik,
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Pengerusakan bentuk muka bumi oleh tenaga
eksogen berupa pelapukan, pengikisan (erosi)
dan pengendapan. Dampak positif tenaga eksogen, antara lain sebagai
berikut:
- Di daerah pesisir, tenaga eksogen menghasilkan delta-delta di muara sungai yang subur sangat bermanfaat bagi manusia.
- Hasil erosi dan sedimentasi di pesisir sangat baik untuk pertanian, dan perikanan. Di pantai utara Pulau Jawa banyak dijumpai sawah-sawah yang subur di sepanjang pantai. Demikian juga tambak-tambak udang dan bandeng.
Dampak
negatif lain tenaga eksogen adalah sebagai berikut:
a.
Kesuburan tanah makin berkurang
akibat erosi.
b.
Selain subur dan bermanfaat,
sedimentasi di muara sungai menyebabkan pendangkalan. Akibatnya lalu lintas air
terhambat dan mengakibatkan banjir.
c.
Abrasi yang terus-menerus
terjadi mengakibatkan garis pantai makin maju ke arah daratan. Akibatnya banyak
rumah di pantai yang hancur dan terendam laut.
d.
Longsor tanah atau lahan di
daerah berlereng yang mengakibatkan kerusakan lahan dan bangunan.
e.
Angin kencang dan angin puting
beliung mengakibatkan kerusakan tanaman dan bangunan.
Menanggulangi
Dampak Negatif Tenaga Eksogen
a.
Untuk menanggulangi dampak
negatif tenaga eksogen akibat abrasi dapat dilakukan. Dengan membuat pemecah
ombak atau tanggul laut, serta penanaman kembali hutan mangrove yang telah
rusak untuk mengurangi dampak abrasi dan tsunami.
b.
Hutan-hutan di lereng gunung
yang telah rusak harus diperbaiki dan dilakukan reboisasi untuk mencegah banjir
dan tanah longsor.
Di bawah
ini akan dijelaskan tentang tenaga eksogen yang berupa:
- PELAPUKAN
Pelapukan adalah proses
pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di
setiap daerah berbeda beda tergantung unsur unsur dari daerah tersebut.
Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal
pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis
pelapukannya hanya beberapa meter saja.
Menurut terjadinya
pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
·
Pelapukan kimiawi
·
Pelapukan fisik atau mekanik
·
Pelapukan organis
a.
Pelapukan Kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan
mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi
tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung
dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2
(Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2).
Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di
Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini
karena di Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan
terjadinya pelapukan kimiawi.
Pelapukan kimia sering pula disebut dengan pelapukan
khemis. Sebagaimana pelapukan fisis dan pelapukan biologi, pelapukan kimia merupakan
bagian dari tenaga eksogen yang bersifat merusak (destruktif). Menurut Samadi
(2007:87), "Pelapukan kimia merupakan proses penghancuran batuan disertai
dengan perubahan struktur kimianya". Perubahan struktur kimia yang
dimaksud adalah perubahan struktur kimia penyusun batuan yang mengalami
pelapukan tersebut.
Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat (2008:92) mengemukakan
bahwa dalam prosesnya, air merupakan faktor utama sebagai zat pelarut. Air yang
dimaksud adalah air hujan. Pelapukan kimia ini umumnya terjadi di daerah yang
berbatuan induk kapur (daerah yang bertopografi karst). Sebenarnya batuan kapur
merupakan batuan yang tidak tembus air (permeabel),
tetapi karena batuan ini banyak dijumpai adanya celah retakan (diaklas)
sehingga air hujan yang banyak mengandung CO2 meresap ke dalamnya
hingga menimbulkan pelarutan.
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi
suatu batuan dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian
bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan
sebagaian dari mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral
yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.
Pada pelapukan kimia air dan gas terlarut memegang peran
yang sangat penting. Sedangkan pelapukan kimia sendiri mempunyai peran
terpenting dalam semua jenis pelapukan. Hal ini disebabkan karena air ada pada
hampir semua batuan walaupun di daerah kering sekalipun. Akan tetapi pada suhu
udara kurang dari 30o C, pelapukan kimia berjalan lebih lambat.
Proses pelapukan kimia umumnya dimulai dari dan sepanjang retakan atau tempat
lain yang lemah.
Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari iklim,
komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami pelapukan.
Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab (humid) atau panas dari pada di daerah kering atau sangat dingin.
Curah hujan rata-rata dapat mencerminkan kecepatan pelapukan, tetapi temperatur
sulit dapat diukur. Namun secara umum, kecepatan pelapukan kimia akan meningkat
dua kali dengan meningkat temperatur setiap 10oC. Mineral basa pada
umumnya akan lebih cepat lapuk dari pada mineral asam. Itulah sebabnya basal
akan lebih cepat lapuk dari pada granit dalam ukuran yang sama besar. Sedangkan
pada batuan sedimen, kecepatan pelapukan tergantung dari komposisi mineral dan
bahan semennya.
Jenis pelapukan kimia
1.
Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung
ion H+) di mana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan
kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit besar
kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995).
Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.
2.
Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga membentuk
mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana mineral kehilangan
air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini sangat jarang terjadi
pada pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada air. Contoh yang umum
dari proses ini adalah penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk
gutit.
3.
Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk pada
mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah teroksidasi
pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).
4.
Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih
banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi
menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah
larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada
sistem pelapukan dalam pelarutan.
5.
Pelarutan mineral yang mudah
larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh air hujan selama pelapukan akan
cenderung terbentuk komposisi yang baru.
6.
Pergantian ion adalah proses
dalam pelapukan dimana ion dalam larutan seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya
terjadi pada mineral lempung.
Gambar di bawah ini merupakan contoh bentukan dari
pelapukan kimia daerah karst di Malang Selatan. Pelarutan batuan kapur oleh air
hujan yang mengandung karbon dioksida melalui diaklas melantarkan terbentuknya
rongga-rongga kapur hingga membentuk gua-gua karst dan gejala-gejala lain yang
ada di dalamnya.
Gambar di atas merupakan bentuk bagian dalam dari
"gua Sengik" dengan stalaktit-stalaktit muda yang bergelantungan di
atap gua dengan ujung meruncing. Stalaktit tersebut terbentuk melalui hasil
pelarutan kapur oleh air hujan yang merembes dan mengering di langit-langit
gua. Ada pula tetesan air hujan tersebut yang kemudian sampai di dasar gua,
hingga menguap dan mengering. Pengendapan kapur di dasar gua menghasilkan
bentukan yang disebut stalagmit. Karakteristik dari stalagmit itu ujungnya
tumpul dan tidak memiliki saluran untuk merembeskan air. Satu hal yang istimewa
pada bentukan di gua yang berada di kompleks wisata 'lokal' Desa Mentaraman
Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang ini. Gua ini di dalamnya terdapat semacam
stalaktit berbentuk seperti meja berwarna coklat muda yang mengeluarkan air
dengan semburan lembut.
- Pelapukan Fisik dan Mekanik
Pada proses ini batuan akan
mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun ukuranya. Batuan yang besar
menjadi kecil dan yang kecil menjadi halus. Pelapukan ini di sebut juga
pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik.
Contoh proses
pelapukan mekanik:
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
1.
Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang
beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang
hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas.
Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan
mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
batuan pecah atau retak-retak.
2.
Adapun pembekuan air di dalam batuan
Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini
menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah
pecah. Pelapukan ini terjadi
di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
3.
Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang
hari airnya menguapdan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat
merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah
pantai.
- Pelapukan Organik
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang
tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain
cacing tanah, serangga.
Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat
lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh
tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu
berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah
disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh
akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan
sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam
pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
Contoh
gambar pelapukan organik
2.
EROSI
Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh angin, air
atau es. Erosi dapat terjadi karena sebab alami atau disebabkan oleh aktivitas
manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik hujan,
kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk menyerap dan
melepas air ke dalam lapisan tanah dangkal. Erosi yang disebabkan oleh
aktivitas manusia umumnya disebabkan oleh adanya penggundulan hutan, kegiatan
pertambangan, perkebunan dan perladangan. Erosi bisa
terjadi karena banyak sebab. Bisa karena air, kekuatan gelombang laut, angin,
bahkan es.
Kerikil merupakan akibat dari erosi
juga. Tepatnya, ia berasal dari batu. Akibat tergerus oleh gerakan air secara
terus-menerus dalam waktu yang lama, batu yang semula berukuran besar dan
keras, akhirnya remuk juga. Dari remukan batu itu, jadilah kerikil.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan
tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi
adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam
lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan
banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi)
yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan
sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran.
a. Erosi oleh Angin
Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh
angin. Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat
memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga
membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Contoh gambar erosi oleh
angin
b.
Erosi oleh Gletser
Erosi oleh gletser
merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah
pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada
saat musim semi, terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah.
Akkibatnya lereng menjadi lebih terjal. Contoh bentang alam yang terjadi akibat
erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu pantai dengan dinding yang berkelok
kelok
Contoh gambar erosi
oleh gletser
c.
Erosi Akibat Gaya Berat
Batuan atau sedimen yang
bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh
gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan
bencana longsor
Contoh gambar erosi
akibat gaya berat
d.
Erosi oleh Air
Erosi oleh air adalah
erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah hujan
berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka
terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan
terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang
dilewatinya, terutama pada tahapan dalam Erosi Air.
Contoh gambar erosi oleh air
Proses pengkikisan oleh
air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda sesuai dengan
kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut:
§ Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke
bumi.
§ Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga
kesuburannya berkurang. Pengkikisan lembar ditandai oleh :
ü
Warna air yang mengalir berwarna coklat
ü
Warna air yang terkikis menjadi lebih pucat
ü
Kesuburan tanah berkurang
§ Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya
alur-alur pada tanah sebagai tempat mengalirnya air.
§ Erosi parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan
aliran air.
e.
Erosi oleh Air Laut
Erosi oleh air laut
merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang Terjadi secara
terus - menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh
erosi air laut, antara lain cliff
(tebing terjal), notch (takik), gua
di pantai, wave cut platform
(punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk.
Cliff terbentuk karena
gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan
di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin
dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus
mengakibatkan atap gua runtuh.
Contoh gambar erosi
oleh air laut
- SEDIMENTASI
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang
terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses
Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya
adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan
dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir
dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya
dilakukan proses sedimentasi awal (primary
sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian
akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dsb) di mana
lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan ke unit pengolahan lumpur tersendiri.
Contoh sedimentasi
Sedimen dari limbah cair mengandung bahan
bahan organik yang akan mengalami proses dekomposisi, pada proses tersebut akan
timbul formasi gas seperti carbon
dioxida, methane, dsb. Gas tersebut terperangkap dalam partikel lumpur di
mana sewaktu gas naik keatas akan mengangkat pule partikel lumpur tersebut,
proses ini selain menimbulkan efek turbulensi juga akan merusak sedimen yang
telah terbentuk.
Pada Septic-tank, Imhoff-tank dan
Baffle-reactor, konstruksinya didesain sedemikian rupa guna menghindari efek
dari timbulnya gas supaya tidak mengaduk/merusak partikel padatan yang sudah
mapan (settle) didasar tangki,
sedangkan pada UASB (Uplift Anaerobic
Sludge Blanket) justru menggunakan efek dari proses tersebut untuk mengaduk
aduk partikel lumpur supaya terjadi kondisi seimbang antara gaya berat dan gaya
angkat pada partikel lumpur, sehingga partikel lumpur tersebut
melayang-layang/mubal-mubal.
Setelah proses dekomposisi dan pelepasan
gas, kondisi lumpur tersebut disebut sudah stabil dan akan menetap secara
permanen pada dasar tangki, sehingga sering juga proses sedimentasi dalam waktu
yang cukup lama disebut dengan proses Stabilisasi. Akumulasi lumpur (Volume) dalam periode waktu tertentu (desludging-interval) merupakan parameter
penting dalam perencanaan pengolahan limbah dengan proses sedimentasi dan
stabilisasi lumpur.
a.
Berdasarkan tenaga alam yang
mengangkutnya:
1.
(Sedimen akuatis : oleh air
(ablasi)
2.
Sedimen aeolis : oleh angina
3.
Sedimen marine : oleh air laut
(abrasi)
4.
Sedimen glacial : oleh gletser
b.
Berdasarkan tempat pengendapan
:
1.
Sedimen Fluvial Proses
pengendapan materi-materi yang diangkut oleh air, angin, dan es. Ciri-ciri
sedimentasi fluvial
Ø Makin ke hilir, makin kecil ukuran butiran batuan yang diendapkan.
Ø Pada bagian hulu, batuan yang diendapkan berupa bongkahan-bongkahan besar
dengan sudut runcing.
Ø Di bagian tengah sungai, batuan yang diendapkan batuan gulung yang
berbentuk bulat.
Ø Di bagian muara sungai, yang diendapkan berupa pasir halus dan
lumpur.
Bentuk lahan hasil sedimen fluvial antara lain seperti berikut:
a)
Delta
Endapan pasir, lumpur, dan kerikil yang
terdapat di muara sungai. Macam-macam delta:
·
Delta runcing, misalnya: Delta Sungai
Tiber di pantai Itaka,
·
Delta cembung (delta kipas),
misalnya: Delta Sungai Nil,
·
Delta kaki burung, misalnya:
Delta Sungai Mississipi di Teluk Meksiko,
·
Delta pengisi estuarium,
misalnya: Delta Sungai Seine di Perancis
Estuarium adalah muara sungai yang berbentuk corong.
Estuarium adalah muara sungai yang berbentuk corong.
b)
Bantaran sungai
Daratan yang terdapat d tengah-tengah badan
sungai sebagai hasil endapan. Bantaran sungai banyak dijumpai di daerah muara
sungai.
2.
Sedimen Eolis
Sering disebut terrestrial. Sedimen eolis
sering dijumpai di daerah gurun atau sungai. Bentukkan alam yang merupakan
hasil dari sedimen eolis yang guguk pasir atau berkhan, guguk pasir di
Indonesia banyak dijumpai di pantai Parang Tritis (Yogyakarta).
3.
Sedimen marine
Proses pengendapan yang dilakukan oleh
gelombang laut yang terdapat di sepanjang pantai. Bentuk alam sebagai hasil dari
sedimen marine, misalnya:
Ø Beach/bisik. Bentukan deposisional umumnya pada pantai landai, terjadi jika swash
membawa muatan sedimen.
Ø Bar. Gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil
pengerjaan arus laut.
Ø Tombolo. Gosong pasir yang menghubungkan suatu pulau karang dengan pulau
utama.
Ø Nehrung. Endapan pasir yang melintang berbentuk seperti lidah. Bentkan ini
sering terdapat di sepanjang (melintang) mulut estuary atau teluk. Nehrung
terjadi apabila dipantai ada lekukan seperti teluk atau estuaria atau jika
garis pantai berubah arah secra tajam. Hal ini mengakibatkan material pasir
diendapkan dan dibentuk di kuar jajaran yang asal. Ujung yang satu bersatu
dengan daratan utama, sedangkan ujung yang lainterdapat di laut.
Ø Sedimen limnis, yaitu di danau atau rawa
Ø Sedimen glasial, yaitu di daerah es
4.
PENCUCIAN TANAH
(MASSWASTING)
Pencusian Tanah (Massawasting) Pencucian tanah merupakan berpindahnya massa batuan
ke bawah lereng sebuah gunung atau bukit atau pada tanah miring yang
dipengaruhi secara langsung oleh gravitasi bumi.
Gerakan tanah atau masswasting yang dalam bahasa sehari –hari dikatakan longsor
.gerakan tanah iniadalah bergeraknya masa regolith ketempat yanglebh rendah
akibat gaya tarik grafitasi tanpa bantuan medium trnsportasi, seperti air es
atau angin yang terjadi sebenarnya adalah keseimbangan awal .dan untuk mencapai
keseimbangan baru terjadi longsor.
Contoh gambar pencucian
tanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar